Persaudaraan Sejati, Keragaman Tanpa Meleburkan

08 Maret 2018

Indonesia. Sebuah negara yang terletak didaratan Asia Tenggara dengan salah satu julukannya yakni negara kepulauan. Indonesia memiliki banyak pulau, yang kurang lebih ada sekitar tujuh belas ribu. Bahkan Kalimantan dinobatkan sebagai pulau terbesar nomor tiga dunia.Tidak hanya itu, Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 di dunia dengan rasio 3,5% dari jumlah penduduk seluruh dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat.

 

Melihat hal tersebut,

tentu dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki sebuah keragaman, entah dari budaya, suku, adat istiadat, bahasa, pun bisa jadi kepercayaan. Jika ditelaah kembali, dengan tujuh belas ribu pulau dan jumlah penduduk yang fantastis, bukan tidak mungkin jika setiap pulau yang ada memiliki budaya, bahasa, adat, serta kepercayaan yang berbeda.

 

Seperti halnya dipulau Jawa, yang memiliki empat suku diantaranya adalah Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Betawi, dan juga Suku Madura. Setiap suku mempunyai dialek khasnya masing-masing, dan menjadi sebuah khasanah logat untuk Indonesia khususnya dipulau Jawa ini. Selain suku, budaya dan adatnya pun berbeda. Mulai dari rumah adat, pakaian adat, lagu daerah, bahasa daerah, senjata tradisional, dan juga tari tradisionalnya.

 

Lalu bagaimana dengan sistem kepercayaan? Pulau Jawa memang mayoritas kepercayaan atau agama yang dianut adalah Islam, meskipun cukup banyak juga yang beragama non Islam. Tetapi jika melihat daerah lain, seperti Bali yang mayoritas beragama Hindhu, Sulawesi mayoritas penduduk beragama Kristen Protestan, kemudian ada Nusa Tenggara Timur dengan mayoritasnya beragama Katolik ataupun Papua dan daerah-daerah lain. Dimana agama Islam menjadi minoritas disana.

 

Berdasarkan sejarah, kelompok pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama di dalam negeri. Seperti pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, Belanda, dan lainnya. Meskipun ada beberapa hal yang diubah (akulturasi), menyesuaikan dengan kebudayaan atau kultur yang ada di Indonesia.

 

Dari banyaknya agama yang ada dengan penganutnya masing-masing, tidak menutup kemungkinan bahwa pasti ada konflik yang menyangkut tentang agama. Pada tahun 2000 silam, ada sebuah kerusuhan sosial di Poso, Sulawesi Tengah yang sangat bernuansa agama. Kemudian ditahun 2015, ada insiden pembakaran masjid di Kabupaten Tolikara Papua yang memicu konflik diantara dua agama yakni Islam dan Kristen, ataupun peristiwa yang masih hangat bulan-bulan lalu terkait dengan pilkada Jakarta yang sebenarnya juga membawa isu agama di dalamnya.

 

Agama menjadi masalah yang sangat sensitif bagi masyarakat bangsa, karena agama merupakan identitas suci yang disakralkan dibandingkan dengan identitas sosial lain. Pada satu sisi, agama bisa saja menjadi simbol pemersatu suatu bangsa, tetapi disisi lain agama juga bisa menjadi faktor yang dapat memecah belah.

 

Salah satu masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam membangun apa yang disebut negara adalah keanekaragaman suku bangsa, bahasa, ras, etnik, budaya, dan agama. Mengacu pada berbagai konflik yang telah terjadi dibangsa ini membuat kita tersadar, untuk segera mencari alternatif solusi yang tepat guna mencegah konflik khususnya antar agama dikemudian hari. Salah satunya adalah dengan menawarkan konvergensi nasional sebagai jawaban atas persoalan diatas.

 

Konvergensi yang dimaksud adalah penyatuan keanekaragaman khususnya agama disetiap daerah dalam sebuah kerukunan. Tentu penyatuan yang dimaksud disini bukan untuk meleburkan, hanya untuk membaurkan agama satu dengan agama lain dan tetap berpegang pada ajarannya masing-masing. Faktor utama yang menjadi fokus dalam konvergensi ini adalah untuk menciptakan sikap toleran dan saling menghargai antar agama dan bersama membangun kerukunan umat.

 

Kenyataan bahwa Indonesia adalah bangsa yang sangat beragam merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun. Seperti kata Mujiburrahman dalam bukunya yang berjudulMengindonesiakan Islam Representasi dan Ideologi, bahwa Indonesia itu negara yang pluralisme. Kiranya dapat diartikan sebagai suatu pandangan yang positif terhadap keragaman, disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengelola keragaman itu secara damai dan berkeadilan.

 

Dari sini dapat ditarik beberapa point penting untuk mengelola keragaman, utamanya terkait dengan isu-isu agama yaitu:

  1. Menjaga kerukunan antar umat beragama tidak sekedar hanya selalupositive thingkingdalam menghadapi isu-isu sebuah hal sensitifmelainkan juga mau mengelola isu-isu tersebut secara damai dan adil.
  2. Menawarkan sebuah solusi yakni konvergensi agama yang tidak memecah belah.
  3. Memelihara keragaman yang ada dengan saling menghargai perbedaan.
  4. Jangan mudah terpancing oleh sentimen negatif terkait dengan isu-isu sensitif.
  5. Mengkaji isu-isu yang ada terlebih dulu, baru memberi penilaian dan bertindak.

 

Seperti pandangan Gusdur mengenai hubungan antar umat beragama yakni bersifat moderat, inklusif, dan toleran. Ini juga perlu diterapkan dalam pemikiran anak-anak bangsa sekarang. Point terpenting dari paparan tulisan diatas adalah bahwa hidup beragama harus melahirkan kesejukan, perdamaian, dan persahabatan, bukan keberingasan yang mengatasnamakan Tuhan.

 

Seluruh masyarakat yang berpijak ditanah Indonesia menjalin tali persaudaraan bukan karena mereka satu darah, satu agama, satu ras, satu suku, ataupun satu etnis, tetapi karena persaudaraan atas nama bangsa, yakni bangsa Indonesia. Menjaga keragaman dengan cara membaur satu sama lain, tetapi membaur disini bukan berarti harus melebur, supaya tercipta sebuah persaudaraan sejati, persaudaraan yang berlanjut tanpa batas waktu.

 

Penulis ~ Nina Fitriani 

We use cookies to improve our website. Cookies used for the essential operation of this site have already been set. For more information visit our Cookie policy. I accept cookies from this site. Agree